BAGAIMANA PELAKSANAKAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK) DI TENGAH PANDEMI COVID-19?

Terjangkitnya wabah Covid 19 yang oleh WHO ditetapkan sebagai pandemi global telah berdampak secara luas terhadap berbagai segi kehidupan manusia. Sektor pendidikan juga tidak luput dari dampak pandemi ini. Dengan berbagai pertimbangan, pemerintah telah memutuskan untuk memindahkan proses pembelajaran dari sekolah menjadi di rumah (belajar dari rumah). Agar pembelajaran tetap berlangsung, maka harus diselenggarakan pembelajaran daring. Di saat pandemi seperti sekarang ini model pembelajaran berbasis digital telah dipilih dan dimaksimalkan secara masif hampir di seluruh Indonesia. Namun dalam praktek, pembelajaran secara digital tentu saja belum dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakat. Selain permasalahan terhadap akses informasi digital, ketidaksiapan pihak sekolah (baca guru) dan peserta didik yang tidak terbiasa dalam pembelajaran daring telah menimbulkan berbagai permasalahan pembelajaran.

Meskipun di tengah pandemi, guru sebagai tenaga kependidikan merupakan tenaga profesional yang dituntut untuk selalu mengembangkan diri guna meningkatkan kompetensi dan keprofesionalan.  Dalam upaya peningkatan kualitas pendidikan melalui peningkatan layanan pembelajaran kepada peserta didik, tenaga kependidikan atau guru harus meningkatkan kompetensi paedagogik. Salah satu upaya peningkatan kompetensinya, guru dituntut untuk  meningkatkan kemampuan menulis Karya Tulis Ilmiah (KTI) terutama Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Sehubungan dengan hal tersebut, meskipun di tengah pandemi Covid-19 guru tetap dituntut untuk mengembangkan PTK, karena PTK dapat melatih dan membuat pendidik menjadi peka dan cepat tanggap, reflektif dan kritis terhadap dinamika pembelajaran, mampu memperbaiki dan meningkatkan kualitas dan kuantitas proses pembelajaran di kelasnya, sehingga pelaksanaan PTK dapat meningkatkan kinerja pendidik.

Dengan demikian, melalui pelaksanaan PTK akan terjadi proses inovasi dalam pembelajaran. Hasil pelaksanaan PTK dapat dihimpun dalam bentuk laporan, sehingga guru mempunyai dokumen yang berisi langkah-langkah dan teknik pembelajaran yang dikembangkan melalui aktivitas PTK demi perbaikan proses pembelajaran yang dilakukan di masa yang akan datang. Hasil PTK yang dilaksanakan tidak menutup kemungkinan dapat diikuti oleh  guru lain atau teman sejawat. Hasil PTK dapat juga digunakan sebagai referensi oleh peneliti-peneliti lain. Oleh karena itu, hasil pelaksanaan PTK tersebut perlu dipublikasikan dalam bentuk karya tulis ilmiah, baik berupa artikel ilmiah yang dimuat dalam jurnal/majalah ilmiah, disajikan dalam seminar ilmiah atau dalam bentuk yang lain. Kegiatan menulis karya tulis oleh para guru, baik hasil PTK maupun yang lain, selama ini masih belum menggembirakan. Dengan melakukan publikasi, hasil PTK tersebut akan lebih cepat tersebar dengan cakupan yang lebih luas, sehingga hasilnya dapat dijadikan sebagai referensi penelitian-penelitian berikutnya. Dengan demikian,  PTK yang pada awalnya dilaksanakan dalam skala kecil, yaitu  di ruang kelas, selanjutnya dapat memberikan sumbangan yang cukup signifikan terhadap peningkatan mutu proses dan hasil belajar  siswa.

Pada masa normal, dapat dipastikan bahwa proses pembelajaran di sekolah berjalan dengan interaksi antara guru dengan siswa di dalam kelas secara langsung. Dalam kondisi ini guru dapat mengamati secara langsung proses pembelajaran. Di masa pandemi ini, guru seolah-olah kehilangan kelas secara riil, dan dengan pembelajaran daring berbasis teknologi digital, guru hanya menghadapi “kelas virtual”. Hal ini terjadi karena guru menjalankan work from home, sedangkan siswa belajar dari rumah masing-masing. Tentu saja hal ini akan menimbulkan masalah bagi guru jika akan melaksanakan PTK sebagai kegiatan pengembangan profesi.  Tulisan ini akan membahas bagaimana pelaksanaan PTK di tengah pandemi Covid-19 ini.

Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

Penelitian tindakan pada awalnya telah dilakukan pada berbagai bidang. Menurut McNiff dan Whitehead, penelitian tindakan dimulai dari penelitian Jhon Collier (1930) dan  Kurt Lewin (1940) seorang ahli psikologi sosial. Sejak tahun 1950,  penelitian tindakan dikembangkan dalam bidang pendidikan. Pada tahun 1976, didirikan jaringan Classroom Action Research yang berpusat di Cambridge Insitute. Selanjutnya, PTK dikembangkan oleh ahli-ahli lain seperti Stephen Kemmis, Robin McTaggart, John Elliot, Dave Ebbutt, dan sebagainya. Dalam hal ini, Kemmis (1983) menakankan bahwa  penelitian tindakan merupakan suatu bentuk penelaahan atau inkuiri melalui refleksi diri yang dilakukan oleh peserta kegiatan pendidikan tertentu dalam situasi sosial untuk memperbaiki rasionalitas dan kebenaran.

Di Indonesia, PTK baru dikembangkan pada akhir dekade 80-an dan ditekankan penerapannya dalam proyek PGSD pada tahun 1994-1995. Oleh karena itu, secara akademis implementasinya sebagai salah satu jenis penelitian masih sering diperdebatkan dari segi keilmiahannya. Sehubungan dengan hal tersebut, Tim pelatih Proyek PGSM (1999) telah menekankan bahwa PTK, merupakan bentuk kajian yang bersifat reflektif oleh pelaku tindakan yang dilakukan untuk meningkatan kemantapan rasional dari tindakan mereka dalam melaksanakan tugas, memperdalam pemahaman terhadap tindakan-tindakan yang dilakukan itu, serta memperbaiki kondisi di mana praktik pembelajaran tersebut dilakukan. PTK dipandang sebagai jenis penelitian yang sangat tepat untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.

Dibandingkan dengan jenis penelitian yang lain, PTK mempunyai karakteristik yang relatif agak berbeda. Berdasarkan tujuannya, penelitian deskriptif dilakukan untuk mengetahui apa yang terjadi di kancah penelitian, penelitian eksperimen dilakukan dengan tujuan mencobakan sesuatu untuk diketahui dampaknya, sedangkan PTK dilakukan dengan tujuan mencobakan sesuatu untuk diketahui bagaimana proses yang terjadi atas sesuatu tersebut. Dengan demikian, inti PTK adalah pembelajaran. PTK dapat dikatakan sebagai penelitian eksperimen berkesinambungan. PTK merupakan penelitian eksperimen, karena diawali dengan perencanaan, adanya perlakuan terhadap subjek penelitian, dan evaluasi hasil yang dicapai sesudah perlakuan. PTK juga dapat dikategorikan sebagai penelitian kualitatif  karena data yang diperoleh dianalisis secara kualitatif, tetapi data yang diperlukan biasanya ditambahkan secara rinci melalui penelitian kuantitatif. Penelitian tindakan kelas (PTK) yang dilakukan oleh guru memiliki ciri khas tersendiri. bukan untuk menguji sebuah hipotesa, sebagaimana lazimnya penelitian formal yang dilakukan di oleh perorangan atau lembaga. PTK itu merupakan langkah atau serangkaian proses yang dilaksanakan guru dalam dan selama pembelajaran.

BAGAIMANA PELAKSANAKAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK) DI TENGAH PANDEMI COVID-19?

PTK yang dilakukan oleh guru merupakan upaya peningkatan mutu profesional guru. Menurut Suharsimi Arikunto, PTK merupakan suatu bentuk penelitian dengan karakteristik antara lain: tindakan yang dilakukan harus dapat dilihat dalam unjuk kerja siswa yang kongkrit; subjek pelaku bukan perseorangan tetapi klasikal (siswa seluruh kelas); tindakan harus dilakukan oleh guru yang bersangkutan; tindakan berlangsung dalam siklus didasarkan pada masalah yang dihadapi guru dalam pembelajaran; peneliti sekaligus sebagai praktisi yang melakukan refleksi; bersifat memperbaiki dan atau meningkatkan kualitas praktek instruksional;  dilaksanakan dalam rangkaian langkah dengan beberapa siklus; tindakan BUKAN bicara tentang materi, tetapi CARA, PROSEDUR, atau METODE,  tindakan harus baru dan berbeda dari biasanya, tindakan  bukan bersifat teoritik tetapi berpijak dari kondisi yang ada.

Berikut Laman Implementasi PTK di Tengah Pandemi

Kebijakan physical distancing untuk memutus penyebaran wabah, telah memaksa perubahan dari pendidikan formal di bangku sekolah menjadi belajar dari rumah, dengan sistem online dalam skala nasional. Berbagai media pembelajaran jarak jauh pun dicoba dan digunakan dalam proses pembelajaran. Guru dapat menggunakan  berbagai media pembelajaran daring, seperti e-learning, aplikasi zoomgoogle meet, google classroomjitsiyoutube, dan berbagai media sosial lain sebagai sarana pembelajaran. Meskipun bersifat virtual, berbagai sarana tersebut dapat digunakan sebagai media dalam melangsungkan pembelajaran seperti di kelas. Kondisi pembelajaran dengan berbagai media daring tersebut jelas merupakan kondisi yang berbeda dari biasanya. Penggunaan berbagai media daring tersebut dapat dikatakan sebagai penggunaan suatu cara, prosedur atau metode tertentu yang baru, yang lain dari biasanya atau yang bersifat in reyen. Oleh karena itu penggunaan berbagai media daring tersebut merupakan suatu pijakan yang memungkinkan bagi para guru untuk mengembangkan kegiatan PTK. Sebagai contoh, guru dapat melakukan praktek pembelajaran dengan menerapkan program video Youtube yang menarik, sehingga siswa menjadi tertarik dan memotivasi siswa menjadi lebih giat belajar. Hal-hal seperti ini dapat dikembangkan dan dilaksanakan sebagai PTK. Guru/peneliti dapat memulai melakukan kegiatan PTK itu dengan langkah-langkah dalam satu siklus, yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. 


Karena yang utama PTK itu merupakan penelitian kualitatif, maka rumusan masalah harus berupa rangkaian pertanyaan yang menggali informasi tentang proses tindakan yang diharapkan terjadi. Sebagaimana dalam contoh yang diberikan, yaitu penerapan media Youtube dalam pembelajaran, maka dapat disusun rumusan masalah seperti: (1) Apakah  dengan media Youtube siswa menjadi tertarik mengikuti pelajaran? (2) Apakah dengan media Youtube motivasi siswa menjadi tinggi? (3) Apakah  siswa memberikan respon yang baik pada media Youtube yang diterapkan dalam pembelajaran? dan yang terakhir (4) Apakah hasil belajarnya cukup tinggi? Proses pengamatan dapat dilakukan melalui eksplorasi data-data kualitatif maupun data kuantitatif. Untuk mendapatkan data-data kualitatif  tersebut guru/peneliti dapat memberikan kuesener/angket kepada siswa melalui media daring. Data kuantitatif seperti hasil belajar juga dapat diperoleh melalui evaluasi belajar dengan menggunakan media daring yang dipilih. Berdasarkan data-data tersebut, guru/peneliti dapat melakukan refleksi. Guru/peneliti dapat mengkaji kekurangan atau keberhasilan pelaksanaan PTK itu dalam satu siklus sebagai dasar peningkatan proses pelaksanaan pada siklus berikutnya. Demikian proses itu dilakukan dalam beberapa siklus hingga dirasakan prosesnya. Semua kegiatan yang dilakukan dapat diinventarisasi dan dapat dibuat laporannya dalam bentuk laporan PTK atau disusun dalam bentuk artikel ilmiah yang kemudian dapat dipublikasikan, baik diikutsertakan dalam kegiatan seminar maupun dikirim ke jurnal imiah. Dengan demikian, meskipun di tengah pandemi, melalui PTK guru tetap dapat melakukan upaya peningkatan mutu professional, meskipun dalam keterbatasan.

Contoh PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK) DI TENGAH PANDEMI COVID-19

Sumber Utama LPMPjateng

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "BAGAIMANA PELAKSANAKAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK) DI TENGAH PANDEMI COVID-19?"

Post a Comment